Assalamualaikum,,
Bismillah..
Mari kita simak dan teladani Umar bin Khattab, sahabat rasulullah yang satu ini sanagt menarik perhatianku, karena sebelumnya ia sangat membenci Islam,, namun ia menjadi sangat mencintai Islam, dan dikenal paling keras terhadap orang kafir .. I adore him ..
Muqaddimah
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, kepada-Nya kita menyembah, dan kepada-Nya kita memohon pertolongan. Shalawat serta salam kepada Nabi Junjungan, yakni Nabi Muhammad Saw., beserta keluarga, shahabat dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Pada makalah ini kami akan mencoba membahas mengenai Umar bin Khattab serta bagaimana perjalanannya menuju Islam, serta keberanian-keberanian beliau. Kemudian kami juga akan membahas mengenai do’a.
Umar Bin Khattab Sebelum Islam
Ia memiliki nama lengkap Umar bin Khattab bin Nafiel bin abdul Uzza, terlahir di Mekkah, dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy. Orangtuanya bernama Khaththab bin Nufail Al Mahzumi Al Quraisyi dan Hantamah binti Hasyim.
Keluarga Umar tergolong keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang jarang. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.
Sebelum Islam, sebagaimana tradisi kaum jahiliyah mekkah saat itu, Umar mengubur putrinya hidup-hidup. Sebagaimana yang ia katakan sendiri, "Aku menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir janggutku".
Mabuk-mabukan juga merupakan hal yang umum dikalangan kaum Quraish. Beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam, Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali. Tetapi, setelah masuk Islam, belum diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas. Sehingga ada kisah, Pada malam hari, Umar bermabuk-mabukkan sampai Subuh. Ketika waktu Subuh tiba, beliau pergi ke masjid dan ditunjuk sebagai imam. Ketika membaca surat Al-Kafirun, karena ayat 3 dan 5 bunyinya sama, setelah membaca ayat ke 5, beliau ulang lagi ke ayat 4 terus menerus. Akhirnya, Allah menurunkan larangan bermabuk-mabukkan yang tegas. .[1]
Sebelum masuk Islam Umar dikenal sebagai gembong yang paling getol menolak islam dan kaum muslimin. Ia dikenal sebagai kaum quraisy yang terkenal bertabiat keras dan dan bertekad kuat. Selama itu kaum muslimin mengalami gangguan yang dilancarkan olehnya.[2]
Istri Amir bin Rabi’ah menceritakan sebagai berikut: pada saat kami sefang bersiap-siap berangkat hijrah ke habasyah – ketika itu ‘amir sedang keluar rumah untuk satu keperluan – tiba-tiba datanglah Umar dan berdiri di depanku. Aku sudah mengira bakal mendaat gangguannya. Ia bertanya: hai Ummu abdillah, benarkah kalian hendak pergi hijrah?. Aku menjawab: “Ya. Demi Allah, kami pasti pergi ke bumi Allah yang aman,sebab kalian selama ini mengganggu dan berbuat semena-mena terhadap kami. Kami tidak akan kembali lagi sebelum Allah memberikan ketentraman hidup kepada kami. “ Ia mennjawab dengan ucapan yang sungguh aneh: ”Allah beserta kalian” ia kulihat bersikap halus dan tampak sedih. …..! ketika ‘amir pulang, kejadian itu kebritahukan kepadanya dan suamiku bertanya: ‘apakah engakau mengharapkan ia masuk Islam? “ aku menjawab: ” ya, benar” amit menanggapi jawabanku itu dengan mengatakan : “ia tidak akan memeluk Islam sebelum keledainya memeluk islam terlebih dahulu! ‘amir mengucapkan perkataan seperti itu karena ia tahu benar bagaimana Umar adalah seorang yang sangat keras dan kasar terhadap kaum muslimin.[3]
Disini dapatlah terlihat bagaimana kerasnya Umar ketika sebelum masuk Islam. Sehingga sahabat mengatakan bahwa Umar tidak akan masuk Islam hingga keledainya masuk Islam terlebih dahulu.
Namun didalam diri Umar bin Khattab masih terdapat berbagai perasaan yang saling berlawanan. Pada sisi lain ia sangat menghormati tradisi nenek moyangnya dan ia gemar berfoya-foya dan bergelimag didalam kebiasaan minum arak. Akan tetapi di samping itu ia kagum menyaksikan ketabahan kaum muslimin dan ketabahan mereka dalam menghadapi cobaan dan penderitaan demi mempertahankan keyakinan agamanya. Disamping itu ia selalu dihinggapi keragu-raguan – sebagaimana yang dilakukan oleh orang yang biasa berfikir - mengenai agama yang di serukan oleh Muhammd Rasulullah saw, mungkin agama itu lebih benar dan lebih suci dari agama yang lain… oleh karena itu ia dengan ketika ia sedang marah dan meronta, cepat-cepat pergi meninggalkan rumah dengan niat membunuh Muhammd Saw., akan tetapi setelah ia mendengar kabar bahwa adik perempuannya sendiri dan suaminya telah memeluk agama Islam, ia menyerbu kedalam rumah adiknya sambil berteriak mengancam. Adik perempuanya dipukul hingga berdarah. Ternyata darah yang mengucur dari wajah adiknya itu menggugah kearifan Umar, segi-segi kebaikan yang ada di dalam jiwanya mengalahkan sendi-sendi keburukannya, saat ia melihat secarik kertas bertuliskan ayat-ayat al-Qur’an , segera diambilnya lalu dibacanya. Terpesona dan bergumam: “alangkah indahnya dan mulianya ayat ini….!”
Saat itu Umar tergerak hatinya ingin memperoleh kebenaran.[4]
Umar Bin Khattab Masuk Islam
Sebelum Umar masuk islam Rasullullah berdo’a kepada Allah agar Umar masuk Islam
“Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan salah satu dari dua orang yang paling engkau cintai, denga Umar bin al-Khattab, atu dengan abu Jahal Bin Syam.” Ternyata yang dikabulkan oleh Allah adalah Umar bin al-Khattab.[5]
Ketika ajakan memeluk Islam dideklarasikan oleh Nabi Muhammad SAW, Umar mengambil posisi untuk membela agama tradisional kaum Quraish (menyembah berhala). Pada saat itu Umar adalah salah seorang yang sangat keras dalam melawan pesan Islam dan sering melakukan penyiksaan terhadap pemeluknya.
Dikatakan bahwa pada suatu saat, Umar berketetapan untuk membunuh Muhammad SAW. Saat mencarinya, ia berpapasan dengan seorang muslim (Nu'aim bin Abdullah) yang kemudian memberi tahu bahwa saudara perempuannya juga telah memeluk Islam. Umar terkejut atas pemberitahuan itu dan pulang ke rumahnya. [6]
Dengan terburu-buru Umar pergi hingga tiba dirumah adik perempuannya dan iparnya, yang saat itu ada pula Khabbab bin al-Art, sedang menghadapi shahifah berisi surat Thaha, dia membacakan ini di hadapan mereka berdua. Tatkala Khabbab mendengar kedatangan Umar, dia menyingkir ke bagian belakang ruangan, sedangkan fathimah menyembunyikan Shahifah Al-Qur’an. Namun setelah di dekatinya adiknya tadi, Umar tadinya sempat mendengar bacaan khabbab di hadapan adik dan iparnya.
“apa suara bisik-bisik yang sempat kudengar dari kalian tadi?”
Hanya sekedar obrolan diantara kami,” jawab keduanya.
“kupikir kalian sudah keluar dari agama” kata Umar.
“wahai Umar,” kata adik Iparnya,” apa pemdapatmu jika kebenaran ada dalam agama selain agamamu?”
Seketika Umar melompat kearah adik Iparnya dan menginjaknya keras-keras. Adiknya mendekat untuk menolong suaminya dan mengangkat badanya. Namun Umar menonjok fathimah hingga wajahnya berdarah.
“wahai Umar,”kata fathimah dengan berang, “jika memang kebenaran ada di selain agamamu, maka bersaksilah bahwa tiada Ilah selain Allah dan bersaksilah bahwa Muhammad itu adalah Rasul Allah.”
Umar mulai merasa putus asa. Dia lihat darah meleleh dari wajah adiknya. Maka ia menyesal dan malu atas perbuatannya.
“berikan al-Kitab yang tadi kalian baca!” kata Umar
Adiknya menjawab,” engkau adalah najis. Al-Kitab Ini tidak boleh disentuh kecuali orang-orang yang suci. Bangunlah dan mandilah jika mau!”
Maka Umar mandi, setelah itu memegangi al-itab. Dia mulai membaca isinya, “Bismillahir-Rahmani-Rahim.” Lalu dia berkata,” nama-nama yang bagus dan suci. “kemudian ia membaca, Thaha, “ hingga berhenti pada firman Allah
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (QS. Thaha : 14)
“alangkah indah dan mulianya kalam ini! Tunjukan dimana Muhammad berada saat ini?”[7]
Mendengar ucapan tersebut, Khabab bin Art keluar dari balik rumah, seraya berkata: “Bergembiralah wahai Umar, saya berharap bahwa doa Rasulullah SAW pada malam Kamis lalu adalah untukmu, beliau SAW berdoa :
“Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang dari dua orang yang lebih Engkau cintai; Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam”. Rasulullah SAW sekarang berada di sebuah rumah di kaki bukit Shafa”.
Umar bergegas menuju rumah tersebut seraya membawa pedangnya. Tiba di sana dia mengetuk pintu. Seseorang yang ber-ada di dalamnya, berupaya mengintipnya lewat celah pintu, dilihatnya Umar bin Khattab datang dengan garang bersama pedangnya. Segera dia beritahu Rasulullah SAW, dan merekapun berkumpul. Hamzah bertanya:
“Ada apa ?”. “Umar” Jawab mereka. “Umar ?!, bukakan pintu untuknya, jika dia datang membawa kebaikan, kita sambut. Tapi jika dia datang membawa keburukan, kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri”.
Rasulullah SAW memberi isyarat agar Hamzah menemui Umar. Lalu Hamzah segera menemui Umar, dan membawanya menemui Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW memegang baju dan gagang pedangnya, lalu ditariknya dengan keras, seraya berkata :
“Engkau wahai Umar, akankah engkau terus begini hingga kehinaan dan adzab Allah diturunakan kepadamu sebagaimana yang dialami oleh Walid bin Mughirah ?, Ya Allah inilah Umar bin Khattab, Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan Umar bin Khattab”.
Maka berkatalah Umar : “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang disembah selain Allah, dan Engkau adalah Rasulullah . Kesaksian Umar tersebut disambut gema takbir oleh orang-orang yang berada di dalam rumah saat itu, hingga suaranya terdengar ke Masjidil-Haram.
Masuk Islamnya Umar menimbulkan kegemparan di kalangan orang-orang musyrik, sebaliknya disambut suka cita oleh kaum muslimin.[8]
Keberanian Umar Bin Khattab Serta Sikap Kaum Kafir Quraisy Terhadapnya
Diantara bukti keberanian Umar adalah disaat Umat Islam berjumlah sedikit dan senantiasa disiksa oleh kaum kafir Quraisy, serta diantara mereka takut menampakan keislaman mereka, maka Umar tampil dengan berani menyatakan dirinya telah berislam.
Ibnu ishaq meriwayatkan dari Umar dia berkata: “ tatkala aku sudah masuk Islam, aku mengingat-ingat, siapa penduduk mekkah yang paling keras memusuhi Nabi, dialah abu Jahal. Maka kudatangi rumahnya dan kugebrak pintu rumahnya hingga dia keluar menenmuiku.
“ahlan wasahlan, “katanya, “apa yang engakau bawa?”
“aku datang untuk memberitahumu bahwa aku telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya Muhammad, serta membenarkan apa yang dibawanya.”
Dia langsung mengebrak pintu di depan mataku, sambil berucap, “semoga Allah memburukan rupamu dan memburukan apa yang engkau bawa.”[9]
Kemudian Ibnul Jauzi mengatakan bahwa Umar RashiyAllahu ‘anhu berkata, “jika seseorang masuk Islam, maka orang-orang mencekalnya, lalu mereka memukulinya dan dia ganti memukuli mereka. Setelah aku masuk Islam, aku mendatangi pamanku, al-Ashy bin Hasyim dan kuberitakan kepadanya tentang keislamanku. Namun ia justru masuk rumah. Lalu kudatangi salah seorang pembesar Quraisy, boleh jadi dia adalah Abu Jahal (Ritc) dan kuberitahukan keislamanku,, namun dia justru masuk rumah.”[10]
Kecerdasan Dan Kejujuran Umar
Dalam hal kejujuran Umar dan kecerdiakn beliau kita dapat melihatnya dalam sebuah peristiwa yakni ketika Umar bin Khattab dalam menerima hadits dari Rasulullah. Kita ketahui bahwa beliau adalah seorang saudagar yang sibuk sehingga adalah suatu hal yang sangant memberatkan untuk beliau untuk hadir setiap hari di majlis Rasyulullah untuk menerima pengajaran dan hadits. Maka dari dengan kecerdikan beliau, untuk menghadapi persoalan semacam ini beliau berssama tetangganya dari kaum ansor secara bergantian pergi ke majlis Rasulullah setiap harinya. Dan mereka yang datang kepada Rasulullah dan menerima pengajaran, pulangnya mengajari yang tidak hadir. Sehingga mereka dapat menerima semua pengajaran dari Rasulullah. Dan dari sisi ini pula jelas adanya sikap kejujuran. Karena anpa adanya sikap kejujuran maka ilmu yang didapatkan dari Rasulullah bisa saja di selewengkan atau tidak disampaikan secara keseluruhan.[11]
Peran Doa Dalam Dakwah
Peran do’a dalam dakwah jelas sangat penting. Yakni bagaimana dengan do’a Allah akan memberi jalan atau petunjuk di jalan dakwah.
dalam perjalanan sirah Nabi Saw, mengenai peran do’a bagi tercapanya kemenangan dakwah sangat banyak contohnya, seperti halnya bagaimana do’a Rasulullah kepada Allah agar Umar bin Khattab diberi hidayah dan masuk Islam dan menjadi pembela Islam yang sejati. Sebagaimana do’a Rasulullah Saw, ““Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan salah satu dari dua orang yang paling engkau cintai, denga Umar bin al-Khattab, atu dengan abu Jahal Bin Syam.” Ternyata yang dikabulkan oleh Allah adalah Umar bin al-Khattab.[12]
Kemudian kita dapat melihat bagaimana Rasulullah berdo’a untuk kemenagan Islam. Diantaranya yang dilakukan oleh Rasulullah Saw dalam perang Badar yang akhirnya dimenankan oleh umat Islam.
“Ya Allah, ini Quraisy yang datang dengan kecongkakan dan kesombongannya, yang memusuhi-Mu dan mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, yang kuharapkan adalah pertolongan-Mu seperti yang telah engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, binasakanlah mereka pagi ini!”[13]
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapatlah kita membuat beberapa kesimpulan yaitu:
a. Umar bin Khattab pada masa jahiliyahnya adalah seorang yang sangat keras menentang Islam. Beliau adalah seorang yang ditakuti dan disegani.
b. Setelah Umar masuk Islam maka sifat jeleknya selama ini berubah 180 derajat. Beliau menjadi seorang pembela Islam yang sangat gigih. Sehingga dengannya perjalanan dakwah Islam semakin mantap dan kuat
c. Umar adalah sosok yang pemberani. Terbukti ketika kaum muslimin tidak berani menampakan keislamannya kepada kaum kafir Quraisy, malah Umar dengan penuh keberanian menyatakan keislamanya kepada tokoh-tokoh Quraisy
d. Selain itu Umar juga adalah sosok yang jujur dan cerdas, hal ini terbukti ketika harus mendapatkan pelajaran atau pengajaran dari Rasulullah tentang Islam, beliau yang sibuk akhirnya beliau dating secara bergiliran ke majlis Rasulullah Saw. Dan yang datang kepada majlis Rasulullah mengajarkan kepada yang tidak datang. Sehingga beliau dapat mempelajari Islam meskipun tidak datang ke majlis Rasulullah.
e. Tentang pentingnya peran do’a dalam dakwah sangatlah jelas, Rasulullah tlah mencontohkan bahwa do’a di dalam dakwah sangat penting, sebagaimana yang beliau lakukan kepada Umar bin Khattab
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Daftar Pustaka
Al-Khudhori, Syeikh Muhammad, “Kitab Sirah Rasulullah” Penerjemah: Mohd. Asri Hj. Hasyim., :Sabah: Pustaka Salam, Cet. II. 1998
A’zami , Muhammad Musafa, “Metodologi Kritik Hadits” Bandung: Pustaka Hidayah, Cet. II, 1996,
Al–Ghazali., Muhammad, “Fiqh Ash-shirah”., Terjemah; Abu Laila , Muhammad Thahir., Bandung: Al-Ma’arif, Cetakan Ke-2, Tanpa Tahun.
Al-Mubarak Fury, Syaeikh Shafiyyur – Rahman, ”Shirah An-Nabawiyyah”, Terjemah Kathur Suhardi, Jakarta: Al-Kautsar, Cet. IX, 2000
Wikipedia.Com
[1] Wikipedia.Com
[2] Muhammad Al –Ghazali., Fiqh Ashirah”., Terjemah; ABU LAILA , Muhammad Thahir., Bandung: Al-Ma’arif., Tanpa Tahun, Cetakan Ke-2., Hal. 206
[3] Ibid Hal 206
[4] Ibid Hal 207
[5] Syaeikh Shafiyyur – Rahman Al - Mubarak Fury, ”Shirah An-Nabawiyyah”, Terjemah Kathur Suhardi, Jakarta: Al-Kautsar, 2000, Cet. IX, Hal. 139
[6] Wikipedia.Com
[7] Ibid Hal. 140
[8] Syeikh Muhammad Al-Khudhori., “Kitab Sirah Rasulullah” Penerjemah: Mohd. Asri Hj. Hasyim., : Sabah: Pustaka Salam., 1998., Cet. II., Hal. 116
[9] Ibid Hal. 142
[10] Ibid .
[11] Muhammad Musafa A’zami, “Metodologi Kritik Hadits” Bandung: Pustaka Hidayah, 1996, Cet. II, Hal. 33
[12] Syaeikh Shafiyyur – Rahman Al - Mubarakfury., “Op Cit”, Hal. 139
[13] Ibid, Hal. 282
Wallohualam..
Wassalam...
0 comments:
Post a Comment