Assalamu'alikum Cantik.. ^_^
Gimana puasanya??? Udah bolong berapa kali?? hehehe....
Oia ada yang suka modif-modifin jilbab ga?? Akhir-akhir ini aku juga lagi suka banget play with my hijab :)
biar ga monoton aja gitu.. Berjilbab pun masih tetep bisa ngestyle kok tenang aja ga bakal mati gaya asal kita kreatif,, tp tetep syar'i .. Lha awalnya aku bingung harus belajar dimana, yaudah deh iseng2 liat di YOUTUBE, banyak banget tutorial berjilbab cuma ya pinter2 kitanya aja biar tetep syar'i menutup dada.. jadi kadang diakalin biar hasilnya tetep lebar.. Dari tutorial-tutorial itu ada satu nama yang bikin aku penasaran.. Hana Tajima.. nama ini sering banget muncul, lama-lama penasaran juga siapa sih Hana Tajima, kayakna dia lumayan berpengaruh dalam tren modif memodif hijab habisnya hampir tiap video tutorial ada judul .."inspired by Hana Tajima"
Aku iseng-iseng browsing tentang Hana Tajima, dan Waaawwww.. Subhanallaahh... ternyata luar biasa juga cewe yang satu ini.. seorang mualaf yang memberi banyak inspirasi..
This girl really blown us away!! …
Cantik, menarik, kreatif serta taat! J Well, at least itu yang bisa kita
simpulkan ketika membaca tentang si Hana ini.
Lahir dari blasteran Jepang dan Inggris,
Hana memilih menjadi seorang muslimah. Hana yang tinggal di UK ini
menolak terlibas oleh kesekuleran Inggris dengan memilih menyuarakan
identitas muslimahnya secara terang-terangan lewat pilihan karir sebagai
Fashion Designer dan membuka sebuah clothing line bernama Maasya.
Ragam koleksi yang ia hasilkan selalu
mengutamakan kaum muslimah sebagai fokusnya tanpa harus menyempitkan
pasar dengan hanya untuk muslimah. Hal ini terlihat dengan pilihan warna
dan gaya yang sangat wearable baik untuk muslimah ataupun non muslimah..
Lebih Detail tentang Hana Tajima
Nama Lengkapnya Hana Tajima Simpson, nama
perempuan blasteran Jepang-Inggris itu dikenal karena gaya berjilbabnya yang
unik dan lebih kasual. Sosok Hana pun telah menghias sejumlah media di Inggris
dan Brazil. Hana yang dikenal sebagai seorang desainer membuat kejutan lewat
produk berlabel Maysaa. Produk yang telah dilempar ke pasaran dunia itu berupa
jilbab bergaya layers (bertumpuk). Melalui label itu, Hana mencoba
memperkenalkan gaya berbusana yang trendi, namun tetap sesuai dengan syariat
Islam di kalangan Muslimah.
Kini, produk busana Muslimah yang
diciptakannya itu tengah menjadi tren dan digandrungi Muslimah di negara-negara
Barat. Semua itu, tak lepas dari kegigihannya dalam mempromosikan Maysaa. Tak
cuma itu, kini namanya menjadi ikon fashion bagi para Muslimah di berbagai
negara. Mengenai gaya berjilbab yang diusung Hana, skaisthenewblack.blogspot
menulis, “Dia (Hana) memiliki gaya yang hebat. Sangat elegan dan chic, namun
tetap terlihat sederhana”. Ternyata, busana Muslimah pun bila dikreasi secara
kreatif dan inovatif bisa mewarnai dunia fesyen internasional.
Sejatinya,
gaya berjilbab yang ditunjukkan perempuan berusia 23 tahun itu kepada para
Muslimah di berbagai negara tercipta secara tidak sengaja. Hana yang saat itu
baru memeluk Islam ingin sekali menggenakan jilbab. Ia memeluk Islam saat
usianya baru menginjak 17 tahun. “Sebagai seorang desainer, awalnya saya merasa
frustrasi melihat gaya berbusana sebagian besar Muslimah yang kurang
bervariasi,” ungkapnya dalam sebuah wawancara khusus dengan HijabScraft.
Memeluk Islam dan Memilih Berjilbab ^_^
Sebelum mengucap dua kalimat syahadat, Hana adalah seorang pemeluk
Kristen. Ia tumbuh di daerah pedesaan di pinggiran Devon yang terletak
di sebelah barat daya Inggris. Kedua orang tuanya bukan termasuk orang
yang religius, namun mereka sangat menghargai perbedaan. Di tempat
tinggalnya itu tidak ada seorang pun warga yang memeluk Islam.
Persentuhannya dengan Islam terjadi ketika Hana melanjutkan sekolah ke
perguruan tinggi. “Saya berteman dengan beberapa Muslim saat di
perguruan tinggi,” ujarnya.
Dalam pandangan Hana, saat itu teman-temannya yang beragama Islam
terlihat berbeda. “Mereka terlihat menjaga jarak dengan beberapa
mahasiswa tertentu. Mereka juga menolak ketika diajak untuk pergi ke
pesta malam di sebuah klub,” tutur Hana. Bagi Hana, hal itu justru
sangat menarik. Terlebih, teman-temannya yang Muslim dianggap sangat
menyenangkan saat diajak berdiskusi membahas materi kuliah. Menurut dia,
mahasiswa Muslim lebih banyak dihabiskan waktunya untuk membaca di
perpustakaan ataupun berdiskusi.
Dari teman-teman Muslim itulah, secara perlahan Hana mulai tertarik
dengan ilmu filsafat, khususnya filsafat Islam. Sejak saat itu pula,
Hana mulai mempelajari filsafat Islam dari sumbernya langsung, yakni
Alquran. Dalam Alquran yang dipelajarinya, ia menemukan fakta bahwa
ternyata kitab suci umat Islam ini lebih sesuai dengan kondisi saat ini.
“Di dalamnya saya menemukan berbagai referensi seputar isu-isu hak
perempuan. Semakin banyak saya membaca, semakin saya menemukan diriku
setuju dengan ide-ide yang tertulis di belakangnya dan aku bisa melihat
mengapa Islam mewarnai kehidupan mereka (teman-teman Muslimnya-Red),”
ungkapnya.
Rasa kagumnya terhadap ajaran-ajaran yang terdapat di dalam Alquran
pada akhirnya membuat Hana memutuskan untuk memeluk Islam. Tanpa menemui
hambatan, ia pun bersyahadat dengan hanya disaksikan oleh teman-teman
Muslimahnya. “Yang paling sulit saat itu adalah memberitahukan kepada
keluargaku, meskipun aku tahu mereka akan bahagia selama aku juga merasa
bahagia.” ed; heri ruslan
Tak semua Muslimah tergerak untuk menutup auratnya dengan jilbab.
Namun bagi Hana Tajima, jilbab adalah identitas seorang Muslimah.
Sebagai seorang mualaf, desainer busana Muslimah yang sedang menjadi
pusat perhatian itu memilih untuk mengenakan jilbab. Seperti halnya saat
memutuskan untuk memeluk Islam, keputusan hana untuk mengenakan jilbab
juga datang tanpa paksaan. “Saya mulai mengenakan jilbab pada hari yang
sama di saat saya mengucapkan syahadat. Ini merupakan cara yang terbaik
untuk membedakan kehidupan saya di masa lalu dengan kehidupan di masa
depan,” paparnya seperti dikutip dari hijabscarf.blogspot.com.
Keputusannya untuk mengenakan jilbab kontan memancing reaksi beragam
dari orang-orang di sekitarnya, terutama teman dekatnya. Sebelum
mengenakan jilbab, Hana paham betul dengan semua konotasi negatif yang
disematkan kepada orang-orang berjilbab. “Saya tahu apa yang mereka
pikirkan mengenai jilbab, tetapi saya akan bersikap pura-pura tidak
mengetahuinya. Namun seiring waktu, orang-orang di sekitarku kini bisa
bersikap lebih santai manakala melihatku dalam balutan jilbab,” papar
Hana sumringah.
Dalam blog pribadinya Hana mengakui bahwa menjadi seorang Muslimah di
sebuah negara Barat dapat sedikit menakutkan, terutama ketika para mata
di sekitarnya menatap dengan tatapan aneh. Maklum saja, di
negara-negara Barat, sebagian penduduknya telah terjangkit Islamofobia.
Tak sedikit, Muslimah yang mengalami diskriminasi dan pelecehan saat
mengenakan jilbab. Bahkan, di Jerman beberapa waktu lalu, seorang
Muslimah dibunuh di pengadilan karena mempertahankan jilbab yang
dikenakannya.
“Karena itu, mengapa saya ingin menciptakan sesuatu yang akan
membantu para Muslimah di mana pun untuk terus termotivasi mengatasi
rasa takut itu,” ujar Hana. Kini, dengan busana Muslimah yang
dirancangnya, kaum Muslimah di negara-negara Barat bisa tampil dengan
busana yang bisa diterima masyarakat tanpa meninggalkan aturan yang
ditetapkan syariat Islam. (Nidia Zuraya, Republika Online, 9 Januari 2011).source : dari berbagai sumber
0 comments:
Post a Comment