Kita hidup untuk Allah Al Hayyu



Powered By Blogger
Powered by Blogger.
RSS
Container Icon

Makna Lagu Lir Ilir

Assalamulaikum..

Tadi udah posting tentang makna lagu dolanan sluku-sluku bathok, nah sekarang tentang lagu Lir ilir yang benar2 sarat makna, lagu yang dikarang oleh Sunan Kali jaga ini cacthy tapi benar2 mencakup tentang hidup yang sebenarnya inilah yang di ajarkan pada masyarakat jawa saat itu. Lagu ini juga digunakan sebagai soundtrack film Sang Pencerah. semoga sampai sekarang masih memegang dan memaknai ajaran sunan tentang Islam tersebut..

Berikut ini adalah penjabaran makna yang terkandung dari Tembang Ilir-ilir itu. Baik berupa makna harfiah atau terjemahannya dalam bahasa Indonesia (BI), atau makna sesungguhnya yang terkandung di dalamnya. *BI maksudnya Bahasa Indonesia yah, kali aja ada yang roaming pake bahasa jawa, hehehe..
Cekidooottttttt.....


Bismillah..
  Ilir-ilir

 Lir-ilir, lir-ilir
tandure wis sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
Yo surako… surak hiyo…

Ilir-ilir, Ilir-ilir, tandure wus sumilir
(BI) Bangunlah, bangunlah, tanamannya telah bersemi
(Makna) Kanjeng Sunan mengingatkan agar orang-orang Islam segera bangun dan bergerak. Karena saatnya telah tiba. Karena bagaikan tanaman yang telah siap dipanen, demikian pula rakyat di Jawa saat itu (setelah kejatuhan Majapahit) telah siap menerima petunjuk dan ajaran Islam dari para wali.

Tak ijo royo-royo, tak sengguh temanten anyar
(BI) Bagaikan warna hijau yang menyejukkan, bagaikan sepasang pengantin baru
(Makna) Hijau adalah warna kejayaan Islam, dan agama Islam disini digambarkan seperti pengantin baru yang menarik hati siapapun yang melihatnya dan membawa kebahagiaan bagi orang-orang sekitarnya.

Cah angon, cah angon, penekna blimbing kuwi
(BI) Anak gembala, anak gembala, tolong panjatkan pohon belimbing itu
(Makna) Yang disebut anak gembala disini adalah para pemimpin. Dan belimbing adalah buah bersegi lima, yang merupakan simbol dari lima rukun islam dan sholat lima waktu. Jadi para pemimpin diperintahkan oleh Sunan Kalijaga untuk memberi contoh kepada rakyatnya dengan menjalankan ajaran Islam secara benar. Yaitu dengan menjalankan lima rukun Islam dan sholat lima waktu.

Lunyu-lunyu penekna kanggo mbasuh dodot ira
(BI) Biarpun licin, tetaplah memanjatnya, untuk mencuci kain dodot mu
(Makna) Dodot adalah sejenis kain kebesaran orang Jawa yang hanya digunakan pada upacara-upacara / saat-saat penting. Dan buah belimbing pada jaman dahulu, karena kandungan asamnya sering digunakan sebagai pencuci kain, terutama untuk merawat kain batik supaya tetap awet. Dengan kalimat ini Sunan Kalijaga memerintahkan orang Islam untuk tetap berusaha menjalankan lima rukun Islam dan sholat lima waktu walaupun banyak rintangannya (licin jalannya). Semuanya itu diperlukan untuk menjaga kehidupan beragama mereka. Karena menurut orang Jawa, agama itu seperti pakaian bagi jiwanya. Walaupun bukan sembarang pakaian biasa.

Dodot ira, dodot ira kumitir bedah ing pingggir
(BI) Kain dodotmu, kain dodotmu, telah rusak dan robek. Saat itu kemerosotan moral telah menyebabkan banyak orang meninggalkan ajaran agama mereka sehingga kehidupan beragama mereka digambarkan seperti pakaian yang telah rusak dan robek.

Dondomana, jlumatana, kanggo seba mengko sore
(BI) Jahitlah, tisiklah untuk menghadap (Gustimu) nanti sore
(Makna) Seba artinya menghadap orang yang berkuasa (raja/gusti), oleh karena itu disebut “paseban” yaitu tempat menghadap raja. Disini Sunan Kalijaga memerintahkan agar orang Jawa memperbaiki kehidupan beragamanya yang telah rusak tadi dengan cara menjalankan ajaran agama Islam secara benar, untuk bekal menghadap Allah SWT di hari nanti.

Mumpung padang rembulane, mumpun jembar kalangane
(BI) Selagi rembulan masih purnama, selagi tempat masih luas dan lapang
(Makna) Selagi masih banyak waktu, selagi masih lapang kesempatan, perbaikilah kehidupan beragamamu.

Ya surak o, surak hiyo
(BI) Ya, bersoraklah, berteriak-lah IYA
(Makna) Disaatnya nanti datang panggilan dari Yang Maha Kuasa nanti, sepatutnya bagi mereka yang telah menjaga kehidupan beragama-nya dengan baik untuk menjawabnya dengan gembira.

Demikianlah petuah dari Sunan Kalijaga lima abad yang lalu, yang sampai saat ini pun masih tetap terasa relevansinya. Semoga petuah dari salah seorang waliyullah kenamaan ini membuat kita semakin bersemangat dalam menjalankan ibadah kita.
( Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi pencapaian kecemerlangan hidup yang di idamkan. Dan berhati-hatilah, karena beberapa kesenangan adalah cara gembira menuju kegagalan. )

This is the song called Lir Ilir by Rich Band on Sang Pencerah ^_^
enjoy it..


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

3 comments:

'Punya tutiie..' said...

Subhanallah.. aku bener2 baru tau kalo lagu2 jawa itu ada maknanya, aku kira cuma buat pengantar tidur atau lagu buat permainan..
makasih ukh, ilmunyah.. Super sekali.. (งˆ▽ˆ)ง

Unknown said...

hehe,, iya ukh,, yang nyiptain liriknya kan bukan orang sembarangan, jadi setiap lirik tidak kosong tp bener2 berkualitas dan saat makana, kan dulu ini salah satu cara dakwah yg ditempuh para wali ^_^

Muhammad Syafik said...

Itulah hebatnya wali, sampai kapanpun ilmunya akan tetap bermanfaat.

Post a Comment